Pemerintahan Gubernur di dalam Dinasti Umayah

Pemerintahan Gubernur di dalam Dinasti Umayah

Periode pertama, pemimpin dinasti Umayah di wilayah ini menggunakan gelar amir (gubernur). Ada 8 orang amir dinasti Umayah yang memerintah di Andalusia sampai Abdurahman III yang menandakan dimulainya periode kedua dan menggantu gelar dari amir ke khalifah pada tahun 929M/ 317H. Berikut ini adalah para amir dan khalifah dinasti Umayah di Andalusia.

1. Abdurahman I bin Muawiyah bin Hisyam yang mendapat gelar al-Dakhil (Sang Pendobrak) 756-788 M/138-172 H.
2. Hisyam I bin Abdurahinan I (756-788 M/172-180 H
3. Al-Hakam bin Hisyam l ( 796-822 M/180-206 H)
4. Abdurahman II bin al-Hakam I atau dikenal juga dengan nama Abdurahman al-Ausath ( 822-852 M/206-238 H)
5. Muhamad I bin Abdurahman II ( 852-866 M/238-273 H)
6. Al-Munzirbin Muhamad I ( 886-888 M/ 273-275 H)
7. Abdullah bin Muhamad I ( 888-912 M/ 275-300 H)
8. Abdurahman III bin Muhamad bin Abdullah ( 912-029 M/300-317 H)


Pemerintahan Gubernur di dalam Dinasti Umayah

1. Abdul Rahman I bin Muawiyah

Nama lengkap beliau adalah Abdurahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan bin al-Hakam. Beliau merupakam cucu khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Pendiri dinasti Umayah di Andalusia yang bergelar al-Dakhil. Abdurahman telah memilih Cordova sebagai ibu kota pemerintahannya setelah ia berhasil menjadi penguasa Andalusia ketika berhasil mengalahkan Yusuf bin Abdurahman al-Fahri.

Kualitasnya sebagai pemimpin tidak diragukan, bahkan sebanding dengan khalifah dinasti Abbasiyah Abu Ja'far al-Mansyur. Ia membangun keilmuan dan budaya intelek yang berpusat di Cordova. Seiring itu, ia memutuskan hubungan dengan dinasti Abbasiyah secara resmi dan tidak lagi mengakui khalifah Abu J a'far al-mansyur di Bagdad, meskipun ia tidak menggunakan gelar khalifah bagi dirinya sampai ia meninggal dunia pada tahun 172 H/1 88 M dalam usia 61 tahun.

2. Hisyam I bin Abdul Rahman

Abdul Rahman sebenamya mengangkat dua orang putera mahkota yang kelak menggantikannya yaitu Sulaiman dan Hisyam. Namun, Hisyam yang diangkat sebagai khalifah karena ia lebih dulu datang ke Andalusia seperti yang diwasiatkan Abdul Rahman. Di awal pemerintahan, ia menghadapi serangkaian konflik internal. Namun ia berhasil mengendalikan konflik itu. Hisyam juga berhasil mencegah pasukan Kristen yang akan menguasai beberapa wilayah Andalusia dan merebut kembali kota-kota Islam seperti Narbonne dan Galicia.

Hisyam dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Beliau sering berkeliling di malam hari untuk mengetahui secara langsung kondisi rakyatnya khususnya orang-orang miskin. Keadilannya menjadikan dirinya sejajar dengan khalifah Umar bin Abdul Aziz. Hisyam meninggal dunia pada tahun 196 H/180 M setelah memerintah kira-kira tujuh tahun empat bulan.

3. Al-Hakam bin Hisyam I

Al-Hakam telah diangkat menggantikan ayahnya sehari setelah Wafatnya Hisyam pada 8 Safar 180 H. Di awal pemerintahannya, ia menghadapi situasi yang sulit karena menghadapi musuh dari berbagai penjuru baik musuh internal dari kalangan keluarganya, maupun musuh eksternal dari orang-orang kristen. Namun al-Hakam menghadapi situasi itu dengan penuh semangat. Kesibukan mengurus konflik keluarga, memberi peluang orang-orang Kristen menguasi kota Barcelona yang merupakan kota penting di Wilayah Islam.

Di samping itu, ia juga menghadapi pemberontakan penduduk di Toledo dan Cordova. Al-Hakam berhasil mengembalikan stabilitas dan keamanan negaranya dan memukul mundur orang-orang yang menentangnya. Sepanjang kepemimpinannya ia merupakan pemimpin yang bijak serta mempunyai minat yang tinggi pada bidang musik dan syair. Al-Hakam meninggal dunia pada tahun 822M/207H ketika berusia 50 tahun setelah memerintah selama 27 tahun.

4. Abdurahman II bin al—Hakam I

Beliau merupakan anak pertama al-Hakam. Diangkat sebagai pemimpin menggantikan ayahnya al-Hakam pada tahun 796 M/207 H dikenal dengan gelar Abdul Rahman al-Ausath. Pada masanya, ia menghadapi ancaman dan tentangan dari pembesar-pembesar Andalusia juga ancaman dari orang-orang kristen di Utara yang menyerang wilayah-wilayah Islam. Abdurahman berhasil menyelesaikan penentangan tersebut dan mengirim pasukannya untuk menghadapi pasukan Kristen dan berhasil menghalau pasukan Kristen di Utara Andalusia.

Masa pemerintahannya berada pada situasi yang aman dan stabil. Ia banyak membangun Andalusia serta menjadikan rakyat makmur dan sejahtera. Ia membangun Cordova sehingga menjadi pusat ilmu pengetahuan dan menjadi tumpuan orang untuk menimba ilmu di sana. Ia meninggal pada tahun 852 M/23 8 H setelah memerintah selama 31 tahun.

5. Muhamad I bin Abdul Rahman II

Muhamad diangkat sebagai khalifah Andalusia setelah sang ayah meninggal pada tahun 852 M/238 H. Seperti pada masa pemimpin sebelumnya, ia juga menghadapi beberapa pemberontakan dari pihak dalam dan luar. Seperti pernberontakan di Toledo yang disokong oleh orang Kristen bernama Leon. Begitu juga pemberontakan penduduk Kristen di Cordova.

Di akhir masa peinerintahannya ia menghadapi ancamam serius di Aragon yang dipimpin oleh Musa, Marwan di barat Andalusia dan Umar bin Hafsun di Ronda dan Malaga. Muhamad mengutus putranya al-Munzir untuk memadamkan pemberontakan. Al-Munzir berhasil mengalahkan Musa dan Marwan tetapi belum sempat ia mengalahkan Umar bin Hafsun, datang berita tentang kematian ayahnya, sehingga ia bergegas pulang ke ibu kota. Muhamad tercatat sebagai pemerintah yang bijak dan adil. La memerintah Andalusia selama 34 tahun, dan meninggal dalam usia 65 tahun pada tahun 886 M/273 H.

6. Al-Munzir bin Muhamad I

Al-Munzir diangkat sebagai khalifah menggantikan ayahnya pada tahun 273 H/ 886 M. la merupakan pamimpin yang sangat berani. Pada masa pemerintahannya, rakyat hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan. Tidak lama setelah menjadi khalifah, ia menyelesaikan misinya untuk menaklukan Umar bin Hafsun yang belum sempat diselesaikan pada masa ayahnya.

Ia berhasil mengalahkan Umar bin Hafsun, tetapi pemberontakan masih terjadi sehingga al-Munzir mengarahkan pasukannya untuk menghapus pemberontakan tersebut tetapi beliau jatuh sakit dalam perjalanan bersama pasukannya, akhirnya meninggal dalam perjalanan pada 15 Shafar 275 H setelah memerintah selama 2 tahun.

7. Abdullah bin Muhamad I

Abdullah menjadi khalifah Andalusia rnenggantikan saudaranya al-Munzir. Masa pemerintahanya dipenuhi kekacauan dan pemberontakan di seluruh Andalusia. Pemerintahannya bukan saja menghadapi pemberontakan orang-orang Kristen, tetapi juga kelompok muwaladun barbar serta pembesar-pembesar Arab. Situasi yang genting ini berlanjut sepanjang pemerintahannya. Di samping itu, perseteruan juga terjadi antara golongan muwaladun dan golongan Arab.

Kesibukannya menghadapi pemberontakan, menyebabkan Umar bin Hafsun bangkit kembali untuk menguasai ibu kota Andalusia dan Cordova. Namun demikian pasukan Abdullah berhasil menumpas mereka. Keberhasilan ini memperkuat kedudukan beliau. Karena itu kekuasaan dinasti Umayah kembali menguasai Andalusia. Meskipun stabilitas wilayah yang dirasakan setelah berjuang selama 25 tahun. Tidak lama kemudian Abdullah meninggal, dan menyerahkan kekuasaannya kepada cucunya Abdul Rahman III yang telah mendirikan kekhalifahan dinasti Umayah II di Andalusia setelah kira-kira 17 tahun menjadi amir di sana.

Baca juga : Penaklukan Wilayah Andalusia yang di Pimpin oleh Pasukan Thariq bin Ziyad

0 Response to "Pemerintahan Gubernur di dalam Dinasti Umayah"

Posting Komentar