Tauhid Uluhiyyah artinya mengesakan Allah SWT melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada
Allah SWT apabila hal itu
disyari’atkan oleh-Nya, seperti berdo’a, Khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti’aanah (minta pertolongan), istighatsah (minta penolongan di saat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan) dan segala apa yang diisyari’atkan dan diperintahkan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apa pun. Semua ibadah ini dan lainnya
harus dilakukan hanya kepada Allah SWT
semata dan ikhlas karena-Nya. Dan ibadah tersebut tidak boleh dipalingkan kepada
selain Allah.
Sungguh Allah tidak akan ridha bila dipersekutukan dengan sesuatu apa pun. Bila ibadah
tersebut dipalingkan kepada
selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada Syirkun Akbar (syirik yang besar) dan tidak diampuni dosanya (apabila
dia mati dalam keadaan tidak bertaubat kepada Allah atas perbuatan syiriknya). (Lihat QS. An-Nisaa: 48, 116) Al-ilaah artinya al-ma’-luuh, yaitu sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan serta pengagungan.
Allah SWT berfirman:
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا
هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ
“Dan Rabb-mu
adalah Allah Yang Maha Esa, tidak ada ilah
yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia. Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. ” [QS.
Al-Baqarah: 163]
Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di (wafat th. 1376 H) berkata, “Bahwasanya Allah itu tunggal Dzat-Nya, Nama-Nama, Sifat-Sifat
dan perbuatan-Nya. Tidak ada
sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat-Nya, Nama-Nama,
dan Sifat-Sifat-Nya. Tidak ada yang sama dengan-Nya,
tidak ada yang sebanding, tidak ada yang setara dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini kecuali
hanya Allah SWT. Apabila demikian, maka Dia adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi dan Allah tidak boleh
disekutukan dengan seorang pun dari
makhluk-Nya.”
Allah SWT
berfirman :
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو
الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwa
tidak ada ilah yang
berhak diibadahi
dengan benar selain
Dia, (demikian pula)
para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(yang menegakkan keadilan). Tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia, Yang Maha Perkasa
lagi Maha bijaksana. ” [QS. Ali ‘Imran: 18]
Allah berfirman
mengenai Laatta, ‘Uzza dan Mannaat yang disebut sebagai ilah (sesembahan), namun tldak diberi hak Uluhiyyah:
إِنْ هِيَ إِلَّا
أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَاؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللَّهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ
....
“ltu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek-moyangmu mengada-adakannya, Allah tidak menurunkan satu keterangan pun untuk (menyembah)nya... ” [QS. An-Najm: 23]
Setiap sesuatu yang disembah selain Allah SWT adalah bathil, dalilnya adalah firman Allah SWT
ذَٰلِكَ بِأَنَّ
اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ
اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“Demikianlah
(kebesaran Allah) karena sesunggulnya Allah, Dia-lah Yang Haq dan sesunggulmya
apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang bathil, dan sesungguhnya
Allah, Dia-lah Yang Maha tinggi lagi Maha besar. ” [QS. Al-Hajj: 62]
Allah SWT
juga berfirrnan tentang Nabi Yusuf AS,
yang berkata kepada kedua temannya di
penjara:
يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ
أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا
أَنتُمْ وَآبَاؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللَّهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ ۚ ....
“Hai kedua
temanku dalam penjara, manakah
yang baik, tuhan-tuhan
yang bermacam-macam
itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Apa yang kamu sembah selain Dia hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang (nama-nama) itu... ”
[QS.Yusuf: 39-40]
Oleh
karena itu, para Rasul AS menyeru
kepada kaumnya agar beribadah
hanya kepada Allah saja:
....أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ أَفَلَا تَتَّقُونَ
”... Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada ilah yang haq selain Dia. Maka, mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” [QS. Al-Mukminuun: 32]
Orang-orang musyrik tetap saja mengingkarinya. Mereka masih saja mengambil sesembahan
selain Allah SWT. Mereka
menyembah, meminta bantuan dan pertolongan kepada
sesembahan-sesembahan itu dengan menyekutukan Allah SWT .
Pengambilan sesembahan-sesembahan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik ini telah dibatalkan oleh Allah dengan dua bukti:
Pertama, sesembahan-sesembahan yang diambil itu tidak mempunyai keistimewaan Uluhiyyah sedikit pun, karena mereka adalah makhluk, tidak dapat
menciptakan, tidak dapat memberi
manfaat, tidak dapat menolak bahaya, tidak dapat
menghidupkan dan mematikan.
Allah SWT
berfirmah:
وَاتَّخَذُوا مِن
دُونِهِ آلِهَةً لَّا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ
ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَلَا يَمْلِكُونَ مَوْتًا وَلَا حَيَاةً وَلَا نُشُورًا
“Namun mereka
mengambil sesembahan-sesembahan selain Dia (untuk disembah), padahal mereka itu
tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa
untuk (menolak) bahaya terhadap dirinya dan tidak dapat memberi manfaat serta
tidak kuasa mematikan dan menghidupkan juga tidak (pula) dapat membangkitkan. ”
[QS. Al-Furqaan: 3]
Allah berfirman:
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِ اللَّهِ ۖ
لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا
لَهُمْ فِيهِمَا مِن شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُم مِّن ظَهِيرٍ
“Katakanlah
(Muhammad), ‘Serulah
mereka yang kalian anggap (sebagai sesembahan) selain Allah. Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seherat dzarrah pun
di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. Dan tidaklah berguna syafa’at di sisi Allah,
melainkan bagi orang yang telah diizinkan oleh-Nya (memperoleh syafa’at)... ” [QS. Saba’: 22-23]
Allah berfirman:
أَيُشْرِكُونَ
مَا
لَا
يَخْلُقُ
شَيْئًا
وَهُمْ
يُخْلَقُونَ وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنفُسَهُمْ يَنصُرُونَ
“Mengapa mereka mempersekutukan (Allah dengan) sesuatu (berhala) yang tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun? Padahal berhala itu sendiri diciptakan dan (berhala itu) tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya
bahkan berhala itu tidak dapat memberi
pertolongan kepada dirinya sendiri. ” [QS. Al-A’raaf: 191-192]
Apabila demikian keadaan berhala—berhala itu, maka sungguh sangat bodoh, bathil dan zhalim apabila menjadikan mereka sebagai ilah (sesembahan) dan tempat meminta pertolongan.
Kedua, sebenarnya orang-orang musyrik mengakui bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Rabb, Pencipta,
yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu. Mereka pun mengakui bahwa hanya Allah yang dapat
melindungi dan tidak ada yang dapat
memberi-Nya perlindungan.
Hal ini mengharuskan
pengesaan Uluhiyyah (penghambaan), seperti mereka
mengesakan Rububiyyah (ketuhanan) Allah. Tauhid Rububiyyah mengharuskan adanya konsekuensi untuk melaksanakan Tauhid Uluhiyyah (beribadah
hanya kepada Allah saja).
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ
بِنَاءً وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا
لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai manusia, beribadahlah hanya kepada Rabb-mu yang telah menciptakan dirimu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa. yang
bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan hujan itu buah-buahan
sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui.” [QS. A1-Baqarah: 21-22]
Baca juga : Macam-macam Tauhid, Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Asma’ wa Shifat Allah
Sumber : Pustaka At-Taqwa "Prinsip Dasar Islam"
Oleh : Yazid bin Abdul Qadir Jawas
0 Response to "Makna dari Tauhid Uluhiyyah"
Posting Komentar